untuk semuanya
Rabu pagi saya terima SMS dari pak Djenny Tanius - JSer BSD,
menanyakan tentang Kue Keranjang Ny. Lauw, mau beli buat
dibawa mudik ke Lampung katanya.
Saya bilang baru saja nilpon ke pabriknya, diterima oleh bu Imong
yang menjelaskan lokasi pabrik, dia mempersilahkan datang,
masih buat Kue Keranjang sampai dengan Jumat lusa katanya.
Tapi tidak bisa beli karena semua sudah pesanan orang, kalau
mau beli di Pasar Lama juga ada katanya.
Kebetulan ada sedikit waktu luang, saya cari pabriknya itu dan
ternyata memang mudah sekali.
Setelah melewati Pintu Air yang mengarah ke kali Mookervaart,
belok kekanan, setelah melewati Apotik Pintu Air, langsung belok
kekiri dan tidak jauh disebelah kanan ada tukang peti mati -
pabrik encim Lauw persis disebelahnya.
Bu Imong mempersilahkan saya masuk kedalam rumah yang
cukup besar dan panjang sampai kebelakang yang dipenuhi pekerja.
Silahkan lihat-lihat sendiri yah katanya, dan saya minta ijin pula
untuk boleh mem-foto didalam.
Kebetulan sekali kegiatan masih berlangsung, terlihat tampah tempat
tepung ketan, gula pasir yang sedang dimasak.
Kedua bahan itu nantinya diaduk dan disimpan dulu sekian lama,
setelah "matang" barulah ditimbang dan ditempatkan dalam keranjang
yang beralaskan daun pisang yang sudah dipanggang sebentar.
Saya baru ngeh kalau gula yang dipakai adalah gula pasir, jadi warna
merah kecoklatan dari kue keranjang bukan dari gula merah.
Keranjang kemudian ditempatkan susun menyusun dan nantinya
ditutup pakai tong aluminium, kemudian di-steam selama 12 jam.
Pembakaran memakai kayu dari pohon Rambutan.
Didalam pabrik sederhana yang hiruk pikuk penuh pekerja yang sibuk,
termasuk kegiatan finishing mengeluarkan kue yang sudah matang
dari keranjang dan merapihkannya.
Terlihat pula pembeli yang rupanya sudah pesan mengerumuni putra
encim Lauw yang tampak kewalahan melayaninya.
Disatu sudut pabrik terlihat pula kegiatan membuat dodol, banyak
pekerja pria sedang mengaduk dodol,
Bu Imong memberikan saya sepiring dodol yang sudah dipotong dan
diawuri Wijen, memang dodol disana ada tiga macam, yang polos
warna hitam saja, ada yang pakai wijen dan ada yang dodol duren.
Encim Lauw yang berusia 84 tahun, tinggal di rumah itu pula,
saat ngobrol-ngobrol ternyata kenal baik dengan almarhum kedua
orang tua saya.
Ngobrol-ngobrol dengan encim yang terlihat masih segar dan cerdas
ini ternyata pula membawa berkah pada saya.
Saat permisi pulang, tiba-tiba beliau memerintahkan bu Imong :
Bawa-in Kue Keranjang buat dia tuh !.
Nah lu, kalau big-boss udah merintah gitu siapa yang berani nolak,
termasuk saya juga mana berani ngeyel nolak he he.
Perajin Kue Keranjang dan Dodol Nyonya Lauw.
JL. Lio Baru/Bouraq Gang SPG No 55 RT 01/02
Kampung Sirnagalih, Karangsari,
Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten
Telepon : 021-5524587 dan 021-71095035.
menanyakan tentang Kue Keranjang Ny. Lauw, mau beli buat
dibawa mudik ke Lampung katanya.
Saya bilang baru saja nilpon ke pabriknya, diterima oleh bu Imong
yang menjelaskan lokasi pabrik, dia mempersilahkan datang,
masih buat Kue Keranjang sampai dengan Jumat lusa katanya.
Tapi tidak bisa beli karena semua sudah pesanan orang, kalau
mau beli di Pasar Lama juga ada katanya.
Kebetulan ada sedikit waktu luang, saya cari pabriknya itu dan
ternyata memang mudah sekali.
Setelah melewati Pintu Air yang mengarah ke kali Mookervaart,
belok kekanan, setelah melewati Apotik Pintu Air, langsung belok
kekiri dan tidak jauh disebelah kanan ada tukang peti mati -
pabrik encim Lauw persis disebelahnya.
Bu Imong mempersilahkan saya masuk kedalam rumah yang
cukup besar dan panjang sampai kebelakang yang dipenuhi pekerja.
Silahkan lihat-lihat sendiri yah katanya, dan saya minta ijin pula
untuk boleh mem-foto didalam.
Kebetulan sekali kegiatan masih berlangsung, terlihat tampah tempat
tepung ketan, gula pasir yang sedang dimasak.
Kedua bahan itu nantinya diaduk dan disimpan dulu sekian lama,
setelah "matang" barulah ditimbang dan ditempatkan dalam keranjang
yang beralaskan daun pisang yang sudah dipanggang sebentar.
Saya baru ngeh kalau gula yang dipakai adalah gula pasir, jadi warna
merah kecoklatan dari kue keranjang bukan dari gula merah.
Keranjang kemudian ditempatkan susun menyusun dan nantinya
ditutup pakai tong aluminium, kemudian di-steam selama 12 jam.
Pembakaran memakai kayu dari pohon Rambutan.
Didalam pabrik sederhana yang hiruk pikuk penuh pekerja yang sibuk,
termasuk kegiatan finishing mengeluarkan kue yang sudah matang
dari keranjang dan merapihkannya.
Terlihat pula pembeli yang rupanya sudah pesan mengerumuni putra
encim Lauw yang tampak kewalahan melayaninya.
Disatu sudut pabrik terlihat pula kegiatan membuat dodol, banyak
pekerja pria sedang mengaduk dodol,
Bu Imong memberikan saya sepiring dodol yang sudah dipotong dan
diawuri Wijen, memang dodol disana ada tiga macam, yang polos
warna hitam saja, ada yang pakai wijen dan ada yang dodol duren.
Encim Lauw yang berusia 84 tahun, tinggal di rumah itu pula,
saat ngobrol-ngobrol ternyata kenal baik dengan almarhum kedua
orang tua saya.
Ngobrol-ngobrol dengan encim yang terlihat masih segar dan cerdas
ini ternyata pula membawa berkah pada saya.
Saat permisi pulang, tiba-tiba beliau memerintahkan bu Imong :
Bawa-in Kue Keranjang buat dia tuh !.
Nah lu, kalau big-boss udah merintah gitu siapa yang berani nolak,
termasuk saya juga mana berani ngeyel nolak he he.
Perajin Kue Keranjang dan Dodol Nyonya Lauw.
JL. Lio Baru/Bouraq Gang SPG No 55 RT 01/02
Kampung Sirnagalih, Karangsari,
Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten
Telepon : 021-5524587 dan 021-71095035.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar