Selasa, 27 November 2012

Sehari di Moskow - kakilima yang unik.



Apr 22, '05 12:34 AM
untuk semuanya


Kompas Sabtu/6 Maret 2004 ini dihalaman 19 ada artikel berjudul :
Metro di Moskwa ...Wah !, ditulis oleh Rudy Badil dari Moskwa -
menarik sekali untuk dibaca karena penulis menceritakan seluk beluk
kereta/stasiun bawah tanah itu dengan cukup lengkap dan detail.
Membaca tulisan di Kompas itu, saya teringat pada bulan Juni 1995,
sewaktu berada di Moskwa saya sangat kecewa karena walaupun
sempat mengunjungi Lapangan Merah dan masuk ke St.Basil Cathedral,
tapi tidak bisa masuk kedalam Kremlin karena tiba pada hari yang salah -
Kamis - satu hari dalam seminggu dimana Kremlin ditutup untuk umum.
Jadi hanya bisa bengong melihat tembok Kremlin-nya saja dari Lapangan
Merah yang berada di muka Kremlin itu.
Selain St.Basil Cathedral yang unik dengan kubah-kubah bawangnya
yang indah berwarna warni itu, disisi Lapangan Merah lainnya ada
bangunan lain yang juga sangat diminati pengunjung yaitu :
Mausoleum Lenin.
Tapi kami tidak bisa masuk karena juga tutup dihari Kamis itu.
Rupanya negara komunis yang serba seragam juga mempunyai kebiasaan
seragam yang unik yaitu mengawetkan jenasah pemimpin besarnya.
(selain Lenin, China - MaoTseTung, Vietnam-HoChiMinh, entah dengan
Korea Utara apakah mereka juga membalsem jenasah Kim Il Sung ?).
Belakangan sewaktu di Beijing, saya juga cuma bisa melihat mausoleum
MaoTseTung dari luar karena sedang di renovasi, dan baru di Hanoi-lah
saya bisa memasuki mausoleum dan  melihat dari dekat jenasah bapak
bangsa Vietnam - HoChiMinh.
Untuk mengobati kekecewaan tidak bisa masuk Kremlin, saya minta
kami diantar memasuki Metro - stasiun kereta api bawah tanah-nya
Moskow karena kami dengar interior stasiunnya bagus sekali.
Menuruni salah satu lorong masuk Metro itu, hati sempat dagdigdug
karena bukan saja  lorong masuk itu agak kusam dan terkesan kuno ,
juga eskalatornya yang membawa kami amblas masuk perut bumi itu
puaaanjang sekaleee !
Tapi setelah sampai didalam, kesan itu drastis berubah, terlihat banyak
ruangan yang luas dengan kubah cukup tinggi -
dan ditata dengan apik, lantainya marmer, disana sini lampu gantung
antik yang bagus-bagus, dinding dan atap banyak hiasan -
pokoknya interiornya dekoratif sekali.
Cukup lama kami berada di dalam sana, cuma tak ada yang mau coba
naik keretanya karena waktunya sempit - sore hari itu kami akan naik
kereta malam menuju St.Petersberg.
Didepan stasiun sewaktu menunggu kedatangan bus menjemput kami,
saya agak heran koq banyak perempuan tua Rusia berdiri berderetan
panjang di trotoar yang cukup lebar itu.
Mula-mula saya kira mereka sedang antri sesuatu, tapi koq berdirinya
bukan seperti biasanya orang antri yaitu menghadap ke punggung orang
didepannya, tapi mereka berdirinya berdampingan dan anehnya lagi
sambil memegang sepotong barang dengan cara setengah diacungkan.
Ah-ha ! , rupanya mereka sedang menjajakan sesuatu barang,
ada yang memegang sebuah susis besar, sehelai baju, sepotong souvenir
dan lain lain sambil mengepit sebuah kantong plastik besar.
Uniknya mereka berdiri berendeng itu, dengan tatapan kosong saja
kedepan, tak bergerak atau berupaya menawarkan barang yang
dipegangnya itu, semata-mata hanya berdiri dan memegang barang
dagangannya didepan dadanya !
Lho koq tiba-tiba mereka bubar !?, rupanya ada polisi jalan kaki lewat -
mereka segera memasukkan dagangannya kedalam kantong plastik
tentengan dan berjalan hilir mudik membaur dengan pejalan kaki lainnya.
Setelah pak polisi menjauh, mereka segera membuat barisan lagi -
berderet rapih tanpa bersuara.
Memang kasihan, akibat Glasnost/Perestroika-nya Gorbachev yang kurang
rapih, membuat perekonomian rakyat Rusia kacau balau dan banyak orang
kesulitan mencari nafkah sehingga terpaksa berjualan kaki lima itu.
Cuma sayangnya jualan kakilima-nya gaya komunis yang tanpa greget itu,
mestinya mereka study banding dulu ke kaki lima Pasar Tenabang, he3.

Tidak ada komentar: