Selasa, 27 November 2012

Naik si Bongsor ke Paris


Menjelang tengah malam, Sabtu 19 September 2009, terminal 3 Changi Airport Singapore,
tibalah saatnya boarding, kami berjalan dilorong aerobridge dan sekilas tampak dari
jendela kaca moncong si-Bongsor yang sebentar lagi akan membawa kami ke Paris,
berarti akan terbang nonstop sejauh 11271 Km selama lebih dari 12 jam..
Pesawat gendut dengan panjang  72,7 meter dan rentang sayap 79,8 meter itu salah
satu dari sembilan buah A-380-800 milik Singapore Airlines.
Kabarnya SQ sedang pesan 10 buah lagi, memang kalah jauh dibanding Emirates
yang pesan sampai 41 buah.

Pesawat dengan berat kosong 280 ton ini, jendelanya ada 220 buah dan rodanya 22
buah (empat buah lebih banyak dari B747), bisa terbang sejauh 15,200 km pada
cruising speed Mach 0.85 (900 km/jam), artinya bisa nonstop terbang HongKong-
NewYork.

Ini untuk pertama kalinya saya naik pesawat penumpang double decker terbesar didunia.
Memang Megatop B747-400 juga punya dua lantai tapi bagian depannya saja,
sedangkan Super Jumbo ini full dari depan sampai ke ekornya.
Sayangnya saat nerima boarding pass tertera Main Deck, bukan upper deck, berarti
pupus kesempatan merasakan duduk dilantai atas yang kabarnya lebih nyaman.
Maklumlah namanya juga beli tiket economy class, mesti pasrah ditaruh dimana saja.

Memasuki kabin pesawat, awalnya serasa masuk Jumbo Jet biasa, tapi pengaturan
baris kursi didalam Super Jumbo milik SQ ini agak lain.
Tiap deret kursinya memang dalam jumlah lazim yaitu 10 buah, posisi juga biasa yaitu
3 - 4 - 3, tapi hanya deret kursi pinggir kiri kanan yang sejajar, empat kursi tengah
tidak sejajar dengan yang pinggir. Pengaturan ini membuat kabin terasa lebih lega,
apalagi walau bisa memuat sampai 800 kursi, dalam pesawat ini hanya 471 saja.

Tidak lama kami siap take-off, suara mesin halus walau kami duduk dekat sayap,
kebisingan dalam kabin kabarnya terendah dibanding pesawat pendahulunya,
begitu tenang sehingga bisa mengurangi kepenatan penumpang secara signifikan.
Bising didalam kabin A380 konon hanya setengah B747, dan tekanan udara dibuat
seakan berada di ketinggian 1524 meter ketimbang 2438 meter pada B747,
sehingga bisa mengurangi efek kelelahan dalam penerbangan jauh.
Udara didalam kabin juga di recycled tiap tiga menit agar udara tetap fresh, ini
membuat penumpang merasa segar sepanjang dan setelah penerbangan.

Pesawat mulai berlari, awalnya heran juga karena suara rodanya koq gerudugan,
dan terasa bergetar, larinya juga lama banget sebelum bisa lepas dari landasan,
barangkali pesawat ini saat itu sedang gendut2nya yang berat maksimal take-off
bisa sampai 560 ton.

Saya lihat semua seat terisi penumpang, tapi jumlah toilet juga memadai - dalam
satu kompartemen saja ada 5 buah.
Kursi juga nyaman empuk, dan tiap belakang sandaran kursi ada layar monitornya,
sehingga bisa betah nonton begitu beragam film maupun airflight moving map.

Sekitar jam 01.30 waktu Singapore, diedarkan supper yang main course-nya bisa
pilih antara Beef fillet with rosemary sauce, roasted assorted vegetables and gratin
potato atau Kung po style chicken with fried rice and chinese greens.
Seperti biasa kami berdua nggak ambil pusing - ambil saja makanan berbeda,
karena selain nggak ngerti kayak apa makanan itu juga agar masih bisa makan
kalau ada yang nggak cocok.
Setiap penumpang juga mendapat tas kecil bertuliskan Givenchy, isinya kaus kaki
penahan udara dingin dan sikat gigi + odol.

Selesai makan, lampu mulai dipadamkan dengan "sopan" karena meredupnya
begitu pelan2, didalam toilet juga lampu nyala padamnya sopan begitu - pelan2.

Setelah breakfast, sekitar jam 6.30 waktu Paris, pesawat mendarat dengan keras
serasa dibanting saja, sampai kami agak terlonjak.

Turun dari pesawat, ternyata memang pengaturannya sudah baik, kami lancar
diarahkan ke berbagai gate imigrasi, pemeriksaan juga cepat saja, main ceplok
saja visa Schengen kami yang di apply di kedutaan Spain.

Jadi inget sms2-an dengan bu Ole beberapa hari sebelum berangkat,
pemosting pertama di milis Jalansutra ini bilang bahwa kalau naik A380 di economy-
class mah bakalannya sama aja rasanya seperti naik pesawat Jumbo lain.

Memang sih di SuperJumbo SQ ini bukan saja ada Business dan First Class,
tapi juga ada Suite Class yang duduknya seakan didalam sebuah kamar saja.
Tapi bu Ole saya tuh takutnya double kalau duduknya disana.
Pertama adalah takut bangkrut dan yang kedua takutnya lebih parah lagi, yaitu:
Takut betah nggak mau turun padahal pesawat-nya udah nyampe - he3.

Tidak ada komentar: