Bentang Alam paling memukau diatas muka bumi. |
Tepat di jantung Asia Selatan sebuah wilayah kecil seukuran pulau Jawa
terhimpit dua raksasa, China di utara dan India pada tiga sisi lainnya.
Dalam rentang lebar wilayahnya yang hanya 150 Km, permukaan bumi
disitu begitu drastis bertumbuh dari hanya 60 meter menjadi 8848 meter
dari permukaan laut.
Beda ketinggian yang begitu kontras membuat alam-nya menjadi sangat
bervariasi, mulai dari hutan tropis dimana bisa dijumpai Badak Bercula Satu
sampai hamparan pegunungan tinggi berselimutkan salju abadi.
Itulah Nepal - The Most Dramatic Landscapes on Earth !
Hanya sedikit tempat di dunia yang bisa menyamai-nya dalam menawarkan
beraneka kegiatan tingkat dunia seperti :
mountaineering, trekking, mountain biking, nature tours, cultural tours,
pilgrim tours, whitewater rafting, canyoning, kayaking-canoeing, mountain
flights, pony trekking, jungle safaris, bird-watching, fishing, paragliding,
ultralight aircraft ride, bungy jumping. Belum lagi tour interest khusus :
orchid tours, honey hunting, meditation courses.
Nepal juga mempunyai banyak keunikan, benderanya berbentuk segitiga,
beda waktu-nya aneh yaitu 1 jam 15 menit dengan WIB, dan inilah kerajaan
Hindu terakhir didunia, baru pada tanggal 28 Mei 2008 menjadi Republik.
Dunia juga tahu, suku Gurkha dan Taman Lumbini tempat kelahiran Sang
Buddha pada tahun 623 BC, serta Mt.Everest yang didaki tahun 1953 oleh
Sir Edmund Hillary & Sherpa Tenzing Norgay berada di tanah Nepal itu.
Tapi juga ada berita2 yang menciutkan nyali, seperti Gerilyawan Maoist
yang suka mencegat turis, sampai kisah tragis putra mahkota Nepal yang
membantai 10 anggota keluarga kerajaan termasuk sang Raja dan Ratu.
Sekian lama mundur maju, akhirnya setelah Dr.Gunawan Setiadi dan
ibu Maria Shresta yang menetap di Kathmandu mengatakan bahwa situasi
cukup kondusif maka jadi jugalah pergi pada tanggal 20 Juli 2009.
Setelah terbang sekitar 5 jam dari Singapore, Silk Air yang kami tumpangi
mendarat di Tribhuvan Airport, Kathmandu - ibukota Nepal yang berada di
Kathmandu Valley pada ketinggian sekitar 1350 meter.
Pesawat mendarat dengan mulus, sempat saya teringat jalan tol Jagorawi
karena rumput ditepi landasan hanya sekitar 5 meter dari ujung sayap.
Airportnya dua lantai, terkesan sudah agak tua, pengurusan visa on arrival
lambat dan mengesalkan, sticker visa ditempel ditempat yang salah pula.
Rupanya airport berada ditepi kota, karena begitu keluar kawasan airport
langsung memasuki keramaian kota dan segera pula kami terhenyak.
Kalau sebelumnya berada di Singapore yang rapih, berkilau serba modern,
kini kami menelusuri jalan panas berdebu, hiruk pikuk banyak orang yang
lalu lalang dan kendaraan yang saling serobot membunyikan klakson.
Kendaraan roda empat kebanyakan berwarna terang tidak metalik, nyaris
semua buatan India, kecil-kecil dan rata-rata sudah berumur.
Kami juga terpesona karena bangunan dikiri kanan begitu seragam berupa
ruko dua lantai keatas, dan uniknya lagi tidak ada rumah yang bernomer.
Didalam Kathmandu Valley yang ditetapkan sebagai salah satu dari empat
Unesco's World Heritage di Nepal, terdapat tujuh situs bersejarah.
Salah satunya adalah Swayambhunath Pagoda yang berada dipuncak bukit
ditepi kota Kathmandu.
Dari kuil Buddhist Tibet kuno itu, pemandangan kebawah kearah kota
Kathmandu memesona, tampak lembah luas seakan mangkuk raksasa yang
begitu disesaki bangunan, tapi tanpa ada satupun gedung pencakar langit.
Menurut legenda Kathmandu Valley ini awalnya adalah danau, sampai
Manjushri seorang murid Sang Buddha membelah bukit yang memagari
danau, maka air susut dan didasar danau itu tumbuhlah kota Kathmandu.
Saat menikmati pemandangan kebawah dari tepian pagar pagoda sambil
membayangkan legenda itu mendadak saya menyadari ada suara musik
yang terdengar begitu teduh cantik sekali, pas sekali dengan suasana
hati berada di tempat kuno itu.
Penasaran, segera saya telusuri halaman pagoda, mencari sumber suara -
ternyata suara memesona itu keluar dari speaker penjual CD kaki lima.
Saya sangat jarang membeli sesuatu dalam perjalanan, kali ini tanpa pikir
panjang saya beli CD berjudul :
Tibetan Incantations - the meditative sound of Buddhist chants.
http://smulya.multiply.com/music/item/25/
bersambung : "Nyampe" ke puncak Mount Everest.
terhimpit dua raksasa, China di utara dan India pada tiga sisi lainnya.
Dalam rentang lebar wilayahnya yang hanya 150 Km, permukaan bumi
disitu begitu drastis bertumbuh dari hanya 60 meter menjadi 8848 meter
dari permukaan laut.
Beda ketinggian yang begitu kontras membuat alam-nya menjadi sangat
bervariasi, mulai dari hutan tropis dimana bisa dijumpai Badak Bercula Satu
sampai hamparan pegunungan tinggi berselimutkan salju abadi.
Itulah Nepal - The Most Dramatic Landscapes on Earth !
Hanya sedikit tempat di dunia yang bisa menyamai-nya dalam menawarkan
beraneka kegiatan tingkat dunia seperti :
mountaineering, trekking, mountain biking, nature tours, cultural tours,
pilgrim tours, whitewater rafting, canyoning, kayaking-canoeing, mountain
flights, pony trekking, jungle safaris, bird-watching, fishing, paragliding,
ultralight aircraft ride, bungy jumping. Belum lagi tour interest khusus :
orchid tours, honey hunting, meditation courses.
Nepal juga mempunyai banyak keunikan, benderanya berbentuk segitiga,
beda waktu-nya aneh yaitu 1 jam 15 menit dengan WIB, dan inilah kerajaan
Hindu terakhir didunia, baru pada tanggal 28 Mei 2008 menjadi Republik.
Dunia juga tahu, suku Gurkha dan Taman Lumbini tempat kelahiran Sang
Buddha pada tahun 623 BC, serta Mt.Everest yang didaki tahun 1953 oleh
Sir Edmund Hillary & Sherpa Tenzing Norgay berada di tanah Nepal itu.
Tapi juga ada berita2 yang menciutkan nyali, seperti Gerilyawan Maoist
yang suka mencegat turis, sampai kisah tragis putra mahkota Nepal yang
membantai 10 anggota keluarga kerajaan termasuk sang Raja dan Ratu.
Sekian lama mundur maju, akhirnya setelah Dr.Gunawan Setiadi dan
ibu Maria Shresta yang menetap di Kathmandu mengatakan bahwa situasi
cukup kondusif maka jadi jugalah pergi pada tanggal 20 Juli 2009.
Setelah terbang sekitar 5 jam dari Singapore, Silk Air yang kami tumpangi
mendarat di Tribhuvan Airport, Kathmandu - ibukota Nepal yang berada di
Kathmandu Valley pada ketinggian sekitar 1350 meter.
Pesawat mendarat dengan mulus, sempat saya teringat jalan tol Jagorawi
karena rumput ditepi landasan hanya sekitar 5 meter dari ujung sayap.
Airportnya dua lantai, terkesan sudah agak tua, pengurusan visa on arrival
lambat dan mengesalkan, sticker visa ditempel ditempat yang salah pula.
Rupanya airport berada ditepi kota, karena begitu keluar kawasan airport
langsung memasuki keramaian kota dan segera pula kami terhenyak.
Kalau sebelumnya berada di Singapore yang rapih, berkilau serba modern,
kini kami menelusuri jalan panas berdebu, hiruk pikuk banyak orang yang
lalu lalang dan kendaraan yang saling serobot membunyikan klakson.
Kendaraan roda empat kebanyakan berwarna terang tidak metalik, nyaris
semua buatan India, kecil-kecil dan rata-rata sudah berumur.
Kami juga terpesona karena bangunan dikiri kanan begitu seragam berupa
ruko dua lantai keatas, dan uniknya lagi tidak ada rumah yang bernomer.
Didalam Kathmandu Valley yang ditetapkan sebagai salah satu dari empat
Unesco's World Heritage di Nepal, terdapat tujuh situs bersejarah.
Salah satunya adalah Swayambhunath Pagoda yang berada dipuncak bukit
ditepi kota Kathmandu.
Dari kuil Buddhist Tibet kuno itu, pemandangan kebawah kearah kota
Kathmandu memesona, tampak lembah luas seakan mangkuk raksasa yang
begitu disesaki bangunan, tapi tanpa ada satupun gedung pencakar langit.
Menurut legenda Kathmandu Valley ini awalnya adalah danau, sampai
Manjushri seorang murid Sang Buddha membelah bukit yang memagari
danau, maka air susut dan didasar danau itu tumbuhlah kota Kathmandu.
Saat menikmati pemandangan kebawah dari tepian pagar pagoda sambil
membayangkan legenda itu mendadak saya menyadari ada suara musik
yang terdengar begitu teduh cantik sekali, pas sekali dengan suasana
hati berada di tempat kuno itu.
Penasaran, segera saya telusuri halaman pagoda, mencari sumber suara -
ternyata suara memesona itu keluar dari speaker penjual CD kaki lima.
Saya sangat jarang membeli sesuatu dalam perjalanan, kali ini tanpa pikir
panjang saya beli CD berjudul :
Tibetan Incantations - the meditative sound of Buddhist chants.
http://smulya.multiply.com/music/item/25/
bersambung : "Nyampe" ke puncak Mount Everest.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar