Selasa, 27 November 2012

Be Happy



Dr. David, yang Kepala Puskesmas ini, dulu selalu menghampiri meja saya
kalau dia ada urusan di Kantor Dinas Kesehatan Kota Tangerang.
Dia lebih muda 15-an tahun, tapi hobby kami sama yaitu baca buku, dan
kalau mampir itu David selalu bercerita soal buku yang baru dibacanya.
Suatu ketika dia mampir lagi dan cerita2 tentang buku Harry Potter yang
waktu itu baru saja mulai populer di Indonesia.
Saya bilang :
Vid, lho koq kamu baca Harry Potter sih ?, itu kan buku bacaan anak-anak !.
Dijawab :
Iya sih, tapi itu kan buku yang begitu men-dunia, masa sih kita nggak baca ?.
Iya bener juga yah, maka jadilah saya beli buku pertama-nya dan lumayan
menikmati kisahnya.
Memang saya tidak membeli buku-buku lanjutannya, tapi saya pikir
pendapat David benar kalau kita nggak mau kuper soal buku yang hebat ini.
David juga punya disiplin yang bagus soal membaca, selalu menargetkan
setiap buku yang dibelinya harus selesai dibaca dalam waktu dua minggu.
Nah kalau soal ini saya nyerah dah, banyak bolongnya - boro2 selesai
dalam dua minggu, ada yang tahunan baru kebaca separuh.
Kacaunya lagi, pernah saya beli buku yang sama gara2 tidak disiplin itu.
Kini setidaknya setiap buku saya berikan tanggal, lumayan membantu
mengingatkan saya kalau buku itu sudah kelewat lama belum "dihabisi".
David pula-lah yang membuat saya membeli buku yang ternyata bikin
saya tidak habis2nya menyesali diri sendiri kalau kenapa tidak dari dulu
saya baca buku "Personality Plus" karangan Florence Littauer yang
begitu mencerahkan.
Buku super bagus tentang watak dasar manusia ini (choleris-melankolis-
sanguinis-phlegmatis), sudah tahunan terpampang terus-terusan di rak
berbagai toko buku seperti Gramedia, Kharisma dll.
Padahal kita lihat buku-buku baru bermunculan dengan kecepatan yang
mengerikan - suatu buku baru yang kurang laku dalam hitungan hari
sudah menghilang dari display - tempatnya dijajah buku baru yang lain.
Ini bukti nyata kalau buku Personality Plus itu buku bagus,
yang tetap laris walau sudah tahunan bercokol disitu.
Kami berdua tentu makin senang karena toko buku Gramedia kini ada
dimana-mana, karena buat kami kalau kebetulan pergi ke Mall, maka
masuk ke toko buku itu adalah suatu kenikmatan tersendiri.
Suatu ketika saya mendapati ada buku dengan judul yang sama, tidak
tanggung2 - sampai tiga buku !, yaitu : Be Happy !
(saya tahu ada buku bagus berjudul itu juga dari David !).
Tentu ini fenomena yang menarik, kenapa bisa sampai banyak yang
menulis topik yang sama, penulisnya orang2 yang berkelas lagi -
salah satunya adalah  Anand Khrisna.
Memang siapa sih yang nyaman dengan memiliki rasa Takut/Cemas,
dan siapa pula sih yang tidak ingin bisa Berbahagia. Ini mungkin yang
membuat para penulis memilih hal yang begitu manusiawi ini
Salah satu buku itu,  covernya tampak atraktif, bertuliskan :
                                 Be Happy 
Mengatasi Takut dan Cemas dari Akarnya, dan Berbahagia
                 dalam segala Situasi.
Pengarangnya adalah Sri Dhammananda, beliau ini pendeta Buddha.
Awalnya saya ragu membelinya - mengira khusus ditujukan untuk
para penganut agama Buddha saja.
Tapi membeli juga setelah membaca keterangan bahwa tidak demikian,
jadi walaupun ditulis dengan latar pemahaman Buddhis, pesan-pesan
dalam buku ini berlandaskan hukum alam dan bersifat universal -
sehingga bermanfaat bagi segenap umat manusia.
Buku setebal 300 halaman ini terbagi dalam 4 bagian :
Akar Takut dan Cemas - Kiat mengatasi Takut dan Cemas -
Benih-Benih Kebahagiaan - Kiat Hidup Bahagia dalam segala situasi.
Penuturannya enak disimak, dan memang mencerahkan, pengarang
sesekali mengutip pendapat para pemikir yang terkenal bijak,
misalnya :
Khalil Gibran, yang bisa menjadi bahan renungan para orang tua
yang suka gamang dalam mengenal siapa anak2nya :
- Anak-anakmu adalah bukan anak-anakmu
  Mereka adalah putra-putri kehidupan
  Yang merindukan dirinya sendiri
  Mereka datang melaluimu, namun tidak darimu
  Meskipun mereka bersamamu
  Mereka bukan milikmu
  Engkau boleh memberikan cintamu kepada mereka
  Tapi tidak pemikiranmu
  Karena mereka memiliki pemikiran mereka sendiri
  Engkau boleh berusaha menyamai mereka
  Namun janganlah berusaha membuat mereka sama denganmu.
Khalidasa, seorang penyair dan dramawan besar India, yang
menuliskan bait mengenai kebenaran sederhana tentang hidup :
- Kemarin hanyalah mimpi
  Dan hari esok cuma lamunan
  Tapi hari ini, yang dilakoni dengan baik
  Membuat setiap hari kemarin menjadi mimpi indah
  Dan setiap hari esok adalah visi harapan dan keriangan
  Karenanya, jalanilah hari ini baik-baik.
Penulis lainnya :
- Kebahagiaan ada didalam perjalanan, bukan di tempat tujuan.
  Berbahagialah mereka yang hidup dengan cita-cita luhur dan mulia.
  Berbahagialah mereka yang memperkaya kehidupan orang-orang disekitarnya.
  Berbahagialah mereka yang membiarkan orang lain hidup dalam kedamaian.
  Berbahagialah mereka yang menyumbangkan sesuatu untuk membuat dunia -
  ini menjadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali.
  Berbahagialah mereka yang berkarya atas dasar cinta kasih.
  Berbahagialah mereka yang mengasihi orang lain.
  Berbahagialah mereka yang membahagiakan orang lain.
  Penderitaan berarti akhir dari Kebahagiaan.
  Kebahagiaan berarti akhir dari Penderitaan.
Dalam buku itu disarikan bahwa Kita Takut karena Ketidaktahuan, dan
Jangan Kejar Kebahagiaan karena Kebahagiaan bukanlah sekedar
mendapatkan apa yang kita inginkan, melainkan merasa berkecukupan
dengan apa yang kita dapatkan.
Kebahagiaan dikatakan bukan merupakan tujuan yang harus dikejar-kejar,
karena Kebahagiaan lebih merupakan suatu cara menyikapi hidup,
dalam setiap detak kehidupan - dalam kekinian.

Tertarik mau "dapat Be Happy" ?.
Ayo atuh ke Gramedia, siapa tahu ketemu juga sama David disana.

Tidak ada komentar: